Masyarakat adat Kreung di bahagian utara Kamboja yakin, perempuan boleh melakukan hubungan seks dengan lelaki yang bukan merupakan suaminya. Ketika perempuan itu sudah beranjak remaja, ayah dari perempuan itu akan membangun sebuah pondok cinta untuknya.
Keberadaan pondok itu dinilai akan mempermudah perempuan untuk menentukan, siapa lelaki yang sesuai untuk dinikahinya di masa yang akan datang. Warga Kreung juga sudah mulai berkembang, dan untuk saat ini, mereka menggunakan alat pencegah kehamilan guna menghindari kehamilan. Demikian, seperti diberitakan Daily Mail, Selasa (17/7/2012).
Nang Chan, gadis berusia 17 tahun yakin, dirinya merasakan adanya kesetaraan dengan menghabiskan waktu di pondok cinta yang dibangun ayahnya di belakang. Nang Chan juga hidup di dalam pondok itu sehari-harinya.
"Pondok ini memberikan kami kebebasan dan jalan yang baik untuk mencari jodoh. Bila saya menemukan seorang kekasih dan kami akan saling mencintai dan melakukan hubungan seks di pondok saya," ujar Chan.
"Namun bila saya berhenti mencintainya dan mencari lelaki lain yang lebih atraktif, saya akan berhenti bercinta dengan kekasih saya," tambahnya.
Menurut warga desa setempat, perceraian dan kekerasan seks di desa itu hampir tidak dapat dijumpai. Perempuan hanya menjalin hubungan dengan lelaki yang dianggap nyaman olehnya. Namun menurut sejumlah negara Barat, keberadaan pondok cinta itu dipandang sebagai hal tabu kerana setiap orangtua tentunya akan selalu menjaga keperawanan puterinya
